Tampilkan postingan dengan label Politik. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Politik. Tampilkan semua postingan
Sabtu, April 04, 2009

Menunggu Presiden Yang Pengusaha

Di beberapa daerah para Gubernur dan Walikota/Bupati yang punya background pengusaha, sudah terbukti mampu memajukan daerahnya.


Dalam level negara, di Indonesia presiden yang menjabat baru dari kalangan intelektual/cendekiawan, militer, politisi namun belum ada yang berasal dari background pengusaha murni dan hasilnya sudah kita ketahui bersama saat sejarah bangsa ini masih berlangsung.


Nah sudah saatnya kita memberikan kesempatan kepada orang dengan background pengusaha murni untuk memimpin negeri ini untuk melihat apakah ada kontribusi yang signifikan dan berbeda dari pemimpin sebelumnya dengan latar belakang yang lain.


Negara Indonesia bukan negara coba-coba, tapi perlu dicoba apakah presiden yang pengusaha bisa berbuat lebih banyak atau tidak.

Kamis, Desember 11, 2008

Kantor Pajak Lebih Tertib

Malam tadi saya ngobrol dengan seorang rekan yang berprofesi sebagai konsultan pajak, tepatnya yang membantu pengerjaan pajak beberapa perusahaan yang ada di Soloraya. Dia bergerak sebagai pribadi dengan keahliannya di bidang pajak tanpa terlibat dalam asosiasi konsultan pajak.

Untuk tidak menyia-nyiakan kesempatan saya langsung tanya sama dia bagaimana kondisi pelayanan kantor pajak sekarang setelah adanya reformasi birokrasi yang dicanangkan oleh Menteri Keuangan. Dia menjawab secara pribadi saya lebih suka kondisi sekarang karena semua uang pajak masuk ke negara dan secara nurani saya bekerja lebih tenang. Petugas pajak juga lebih hati-hati ketika menangani masalah pajak ketika berhadapan dengan konsultan pajak (KP) atau wajib pajak (WP) karena siapa tahu salah satu dari mereka adalah intel yang menyamar sebagai KP atau WP yang memang ditugasi mengawasi perjalanan reformasi birokrasi pajak. Sekali ketahuan petugas pajak berbuat tidak sesuai prosedur maka resiko sanksi siap menunggu.

Dalam benak saya dalam skala kecil reformasi ini ternyata ada manfaatnya. Bahkan untuk menuntaskan reformasi ini presiden SBY sampai harus memperpanjang masa tugas Dirjen Pajak yang sebenarnya sudah memasuki masa pensiun. Tampaknya posisi pak Darmin Nasution yang seniornya Mb Ani (Menteri Keuangan) sebagai sesama dosen di kampus UI sangat genting, sehingga harus beliau yang melanjutkan tugas sebagai Dirjen Pajak.

Meski sudah lebih baik dalam penataan reformasi birokrasi, tetapi saya sempat mengalami pelayanan yang sangat tidak simpatik dan tidak ramah dari petugas pajak di wilayah Klaten. Saya sangat jengkel dan dongkol. Atas pengalaman ini teman saya yang konsultan pajak langsung menyarankan buat surat saja kepada pimpinannya biar ditegur oleh yang berwenang untuk itu. Sekarang jamannya pelayanan prima katanya.

Usul yang baik saya kira, walau sampai saat ini saya belum melakukannya. Semoga pak Darmin dapat menyerap informasi sedalam-dalamnya dari proses reformasi ini, sehingga orang-orang yang tidak sejalan dengan program ini biar langsung "dibina" saja.

Jumat, September 05, 2008

Terminal Tirtonadi Jilid II Masih Mangkrak

Setelah proses relokasi para penjual kijing dan beberapa pengguna tanah lainnya dari lahan yang akan dijadikan pengembangan terminal Tirtonadi oleh pemkot Solo, sampai saat ini lahan tersebut masih mangkrak dan belum ada tanda-tanda akan ada proses pembangunan. Mengingat sudah ada sebagian seng yang lepas atau sengaja dilepaskan, dikhawatirkan lahan tersebut akan diserbu lagi oleh orang-orang yang ingin menempati tanah secara ilegal. Kondisi ini menuntut perhatian serius dari pemkot Solo, jangan sampai sudah di relokasi dengan damai atas penghuni terdahulu, karena keterlambatan pembangunan lahan tesebut malah dihuni lagi oleh orang yang tidak mau tahu akan pembangunan kota

Senin, Juni 23, 2008

Coblos Sing Ayu tur Sexcy

Minggu pagi 22 Juni tahun ini sebagian orang yang yang ber KTP provinsi Jawa Tengah hadir memberikan suara di TPS masing-masing sesuai dengan Surat Pemberitahuan Waktu dan Pemungutan Suara yang dikeluarkan oleh Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) setempat.

Ya hari itu adalah hari coblosan Pemilihan Gubernur Jawa Tengah 2008-2013.

Sebagian lain yang tidak hadir mungkin punya sikap dan alasan sendiri mengapa tidak hadir; mungkin sibuk, tidak ada yang sreg dengan calonnya, sedang berada diluar kota, sedang bekerja, dilarang suami, mungkin juga ketiduran dll.

Setelah perhitungan suara, biasanya akan muncul pernyataan dari pengamat politik, pemilu kali ini legitimasinya tidak cukup kuat, begitulah yang sering kita dengar, tentu dengan sederet argumentasi sesuai teori yang mereka punya.

Pagi sebelum coblosan saya pikir tidak ada salahnya bila saya ingin mengetahui respon rekan-rekan saya dengan beragam latar belakang yang berbeda terhadap coblosan periode ini. Oleh karena itu sebelum pencoblosan dimulai saya mengirimkan SMS ke beberapa rekan dengan isi yang tidak terlalu serius, karena memang bukan dimaksudkan untuk survey.

Saya (Sy) : Meski TPS itu tertutup, tapi saya bisa menerawang pilihan anda dalam coblosan hari ini, tapi biarlah nanti waktu membuktikan hehe, selamat mencoblos. (dengan penyesuian redaksional)

Berikut ini respon rekan-rekan yang bisa saya tampilkan (dengan penyesuaian redaksional), sengaja dengan inisial mereka. Dilanjutkan tanggapan saya tetapi tidak lewat SMS.

Az : Hehe… Ada-ada aja sih 
Sy : Ya iyalah masa ya iya deh, gue gitu loh….

FA : Kukatakan terawangan saudara saya pastikan salah dari anda melihat stiker karena walaupun aku ga nyoblos tapi kupastikan bahwa aq golput ga ada calon yang berkualitas 
Sy : wah ga nyambung Mas…

AM : Aduh… kalah atau menang pokoknya Bambang Sadono pilihanku deh… haha
Sy : deuh… segitunya hehe

An : Maksud lo!! Emangnya kamu Ki Joko Bodo bisa nerawang?
Sy : bukan mbak, saya Ki Joko Pintar jadi bisa nerawang haha

Ad : Apa kata dunia?? Klo aku ga mencoblos dan memberikannya satu kesempatan??
Sy :  wah ga ngerti aku...

TW : Kalo mau tahu pilihanku silahkan ketik REG kirim ke 3333 pasti tidak akan dapat TV
Sy : wah korban iklan nih hehe….

Yy : IIiiih kamu sok tau deh… kasih masukan dong.. pilih yg mana…? Misal ada gambarmu wis mesti tak coblos he2.. he2…
Sy : wah aku jadi terharu… lho….

WP : hehe aku nyoblos sing ayu tur sexcy
Sy : sexcy = sexy bangets kale…

Er : Makasih mas tapi aku ga nyoblos, karena polisi harus netral….
Sy : wah kesalahan bukan pada HP saya tapi pada angin yang mengirimnya

Ag : mks Selamat mencoblos mas
Sy : ya sama-sama… garing banget ya

Kc : Insyallah Semoga menang dalam satu putaran (sssttt.…. Kc = masih kerabat dari calon, red)
Sy : MC Indonesia Idol “dan…. Akhirnya Jawa Tengah memilih ………?”

Sw : Sopo cobo. Sok jilababan.
Sy : Aku paham, sing jawab ustad soalnya

Sf : Aku nunggu serangan fajar ga teko-teko, serangan petang yo ora ono, akhirnya tak coblos semua biar adil hehe
Sy : wah kalo bisa adil berpotensi poligami tuh

Tulisan ini hanya bermaksud mengingatkan bahwa hidup ini terus berputar dan kita dituntut untuk terus berbenah, begitu juga pemegang tampuk pemerintahan Jawa Tengah akan terus berganti.

Senin, April 28, 2008

Mantan Pejabat dan Websitenya

Ada beberapa tokoh yang cukup populer yang saya ketahui membuat website setelah tidak menjabat lagi. Diantara yang ada adalah Yusril Izha Mahendra dan yang relatif masih baru adalah Akbar Tanjung.

Ini sebuah tren atau sekedar ikut-ikutan saja hanya mereka yang tahu. Namun terlihat ada kecenderungan yang sama apabila kita lihat dari isinya.

Pertama, tulisan-tulisan yang ditampilkan banyak yang berkaitan dengan hal-hal yang menyangkut latar belakang kebijakan yang mereka ambil sewaktu menjabat. Biasanya yang ditampilkan adalah hal-hal yang tidak terungkap melalui media cetak dan ada kecenderungan sebuah pembelaan diri atas kebijakan yang mereka ambil. Dari sisi cover both side ini tentu menarik karena tulisan tersebut mewakili kepentingan sumber berita yang tidak tuntas atau kadang tidak proporsional diungkap oleh media cetak. Web menjadi media yang efektif karena berada dalam kendali langsung sang mantan pejabat sedangkan dalam media cetak sangat tergantung kebijakan redaksi yang secara subyektif punya sudut pandang sendiri.

Kedua, tulisan yang ditampilkan semacam arena curhat, tentang pengalaman selama menjabat, suka duka, kehidupan keluarga, bahkan mengomentari rival politik. Komentar tentang rival politik ini apabila disampaikan sebagai kritik yang konstruktif tentu sangatlah apik tetapi apabila berkecenderungan membunuh karakter seseorang ini sangat berbahaya dan tidak kita harapkan.

Kita patut memberi apresiasi kepada para mantan pejabat (yang bukan tidak mungkin akan menjabat lagi)yang telah memberi ruang bagi publik untuk mendapat informasi dari sisi yang lain (selain media cetak) dan sekaligus tempat komunikasi yang tidak berjarak kepada publik.