Awal Mei 2008 saya mengantar teman ke Gunung Kidul dalam rangka menghadiri pernikahan saudaranya. Tepatnya di desa Pule Ireng, Kecamatan Pule. Dari Solo kami mampir dulu di rumah sepupu teman saya di kawasan rumah sakit Bethesda Yogyakarta, setelah itu mobil langsung bergerak menuju Pule Ireng.

Setelah melewati kota Gunung Kidul, kendaraan Avanza yang saya kemudikan langsung menuju desa Pule Ireng. Perjalanan yang mendebarkan buat kami karena harus melewati hutan jati yang panjang tanpa penerangan sama sekali. Jarak rumah antar penduduk sangat berjauhan dan saat itu pukul 20.00 sudah sangat sepi, yang kami takutkan adalah kalau ada perampok.

Ditengah perjalanan saya merasa ada sesuatu yang aneh terhadap ban mobil. Ban serasa seperti kempes atau gembos tetapi tidak terus-menerus karena hanya saat tertentu kadang muncul kadang hilang. Laju kendaraan tetap lancer seperti keadaan normal.

Hanya modal nekat dan menggunakan feeling mobil terus melaju, karena dalam keadaan gelap gulita memang tidak memungkinkan untuk mengecek kondisi ban ditengah jalan.

Saya hanya berdoa kepada Allah supaya diberi keselamatan sampai tujuan. Setelah cukup jauh melintasi hutan, akhirnya kami melewati sebuah warung yang kebetulan banyak penduduk yang sedang nongkrong sekaligus memiliki penerangan yang cukup.

Saya putuskan menepi untuk mengecek kondisi ban mobil. Setelah saya cek kondisi ban ternyata normal. Saat saya mengecek ban, beberapa penduduk merespon dengan menanyakan apa yang terjadi, saya jawab ban serasa kempes tetapi mobil tetap berjalan lancar.

Penduduk tampaknya langsung paham dan langsung menyatakan bahwa setiap kendaraan yang belum pernah lewat jalan ini, pasti akan megalami peristiwa yang sama. Penduduk kemudian menjelaskan masalah ban tersebut adalah karena marka jalan yang sengaja di buat timbul oleh pemerintah supaya pengguna jalan lebih hati-hati, tidak mengantuk karena lalu lintas yang gelap.

Setelah memahami penjelasan penduduk akhirnya kami merasa lega dan kemudian melanjutkan perjalanan, dan memang dalam perjalanan selanjutnya kami tetap merasakan hal yang sama namun dalam kondisi yang lebih tenang.

3 tanggapan:

Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

Emang ada perampok di jalanan Gunung Kidul? Ambo pernah turun dari Gunung Kidul malam-malam cak itu. Pake motor sendirian mengikuti yang lain yang pakai mobil. Yang Ambo takutkan justru masuk ke jurang kareno ngebut nyusul kawan yang di depan.

ambo idak tau persis sejarah rampok, cm sangat mungkin terjadi karena tempat gelap, waktu itu cm bertemu satu dua kendaraan saja.
kalo jalan yang ke Pule sudah mulus hotmix dan tidak ada jurang seperti jalan nanjak mau masuk ke kota Gunung Kidul. Tiada kata lain selain hati-hati.