Kamis, Juni 19, 2008

Meninggal Tanpa Merepotkan

Hari ini saya pergi melayat ke tempat sahabat saya yang bapaknya telah kembali menghadap kepada Allah SWT. Tepatnya di sebelah barat Masjid (Pasar Tegalgondo) Delanggu, Klaten. Perjalanan dari kantor memakan waktu kira-kira 40 menit pergi-pulang.

Bapak sahabat saya menghadap Allah dalam kondisi tidak sadar setelah berada di ruang ICU rumah sakit Kasih Ibu sejak Rabu siang. Menurut cerita sahabat saya diawali masuk angin pada hari Minggu kemudian kondisinya selalu melemah, hingga Rabu pagi terjatuh pada saat perjalanan solat subuh dan kemudian dibantu tetangga diantar kerumah.

Beliau mengidap penyakit Hernia (Jawa : Ketedun) yang sudah cukup lama namun tidak bersedia di operasi. Menurut dokter apabila masih muda dan segera dioperasi harapan hidupnya bisa lebih panjang.

Proses kematian yang singkat, tidak perlu menderita sakit cukup lama menurut saya adalah sesuatu yang patut diharapkan orang, plus tidak perlu merepotkan banyak orang. Apalagi harus berbulan-bulan menjalani terapi. Saya jadi berpikir mungkin ada amalan yang seharusnya kita kerjakan yang dapat menolong kita dalam mempermudah dalam proses kematian.

Saya jadi teringat ucapan Butet Kertardjasa tentang cita-citanya dalam menghadapi kematian, dalam sebuah infotainment dia mengatakan dia ingin meninggal dengan proses singkat dan jangan sampai merepotkan yang masih hidup.

Cita-cita yang pantas kita renungkan bersama.

0 tanggapan: